Langsung ke konten utama

Unggulan

Ijazah Doa Nabi Khusus Hari Jumat — Catatan Khutbah dari Ustadz Adi Hidayat

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,  Hari ini, Jumat 17 Oktober aku ingin berbagi catatan khutbah Jumat dari Ustadz Adi Hidayat (UAH) berjudul “Ijazah Doa Nabi Khusus Hari Jum’at.” Khutbah ini membahas tentang pentingnya istighfar (memohon ampunan), terutama di hari Jumat dan setelah shalat, serta bagaimana istighfar bisa menjadi sarana penyucian diri dan perbaikan hidup seorang hamba. --- I. Istighfar Sebagai Kunci Pengampunan Ustadz Adi Hidayat menyampaikan ijazah doa istighfar yang diajarkan langsung oleh Rasulullah ﷺ, yaitu: > “Astaghfirullah alladzi la ilaha illa huwal hayyul qayyum wa atubu ilaih.” Doa ini menjadi doa khusus hari Jumat, dengan keutamaan besar bagi siapa saja yang mengucapkannya: Dibaca setiap selesai shalat, atau sebanyak tiga kali di pagi hari Jumat. Allah berkenan mengampuni dosa-dosanya, bahkan dosa besar sekalipun — termasuk dosa yang sebesar “melarikan diri dari medan juang.” Istighfar ini bukan hanya bacaan di lisan, tapi bentuk pengakuan to...

🌙 Sebelum Tidur: Kisah Aku dan Suamiku di Jerman

Assalamualaikum,

Malam ini aku pengen nulis sedikit sebelum tidur.
Tentang aku, tentang suamiku, tentang kehidupan kami di Jerman — yang Alhamdulillah, baik-baik aja.
Kadang aku masih suka terdiam sendiri, mikir… Masya Allah, ternyata udah hampir setahun aku tinggal bareng suamiku di sini.
Setelah dulu sempat delapan bulan LDM — delapan bulan penuh rindu, video call panjang, dan doa yang nggak putus.
Dan sekarang, setiap kali aku lihat wajahnya sebelum tidur, aku cuma bisa bilang dalam hati: Alhamdulillah, ya Allah. Terima kasih.

Hidupku di Jerman mungkin jauh dari orang tua dan keluarga, tapi Allah menggantinya dengan sosok yang luar biasa.
Suamiku adalah orang terbaik setelah kedua orang tuaku dan keluargaku.
Aku selalu percaya, jodoh itu rahasia Allah.
Dari jutaan orang di dunia ini, Allah memilihkan dia — seseorang yang bahkan nggak pernah aku bayangkan sebelumnya.
Bukan dari kota yang sama, bukan dari negara yang sama, tapi hatinya… seakan sudah Allah siapkan untuk menenangkan hatiku.

Aku masih suka mikir, gimana dulu awalnya aku bisa ketemu dia lewat aplikasi Muzz, lalu pindah ngobrol di WhatsApp, terus semuanya mengalir begitu saja.
Dari obrolan sederhana, doa-doa kecil, saling menyemangati… sampai akhirnya Allah menuntun kami ke pernikahan yang halal.
Sekarang, dia bukan cuma pasanganku, tapi pelengkapku.
Bajuku, seperti dalam Al-Qur’an — tempat aku berlindung, tempat aku merasa cukup.

Kadang aku suka nggak bisa tidur kalau dia kerja malam.
Rasanya hampa aja kalau tempat tidurnya kosong.
Tapi aku belajar buat tenang, belajar untuk tetap tidur dengan hati yang bersyukur.
Karena aku tahu, dia berjuang juga untuk masa depan kami.

Setiap hari aku bersyukur, karena Allah kasih aku suami yang sabar, lembut, dan menenangkan.
Aku bukan istri yang sempurna — jauh dari kata salehah.
Tapi aku berdoa semoga Allah jadikan aku istri yang baik, yang bisa mendampingi suami dengan cara yang diridai-Nya.
Kadang aku suka mikir, kalau bukan lewat jalan menjadi istri, lewat mana lagi aku bisa berharap masuk surga?
Makanya aku belajar untuk patuh, belajar memahami, dan berusaha jadi pasangan yang bisa menenangkan suamiku.

Salah satu hal yang aku kagumi banget dari suamiku adalah dia nggak pakai sosmed sama sekali.
Dia cuma pakai YouTube, Google, dan WhatsApp buat komunikasi penting.
Nggak ada Instagram, nggak ada TikTok, nggak ada Twitter.
Setiap kali aku ngerasa pengen buka sosmed, aku langsung ingat dia.
Dia bisa hidup tenang tanpa semua itu, dan aku jadi termotivasi untuk ikut.
Kadang aku ngelihat dia duduk santai, cuma nonton video bola kesukaannya dari Mesir, dan aku mikir — hidupnya damai banget ya.
Mungkin itu salah satu cara Allah ngajarin aku: lewat ketenangan yang ada pada suamiku.

Aku tahu, cintaku ke dia besar banget.
Tapi aku juga tahu, dia tetap milik Allah.
Kita semua milik Allah, dan akan kembali kepada-Nya.
Makanya, di setiap doa sebelum tidur, aku selalu bilang:
“Ya Allah, tolong jaga rumah tangga kami.
Jadikan kami pasangan yang saling melengkapi, saling menenangkan, dan saling menuntun menuju surga-Mu.”

Dia adalah alasan terbesarku untuk terus belajar bahasa Jerman, untuk semangat setiap hari, untuk terus memperbaiki diri.
Dia selalu mendukung apa pun yang aku lakukan — dari belajar, nulis, masak, sampai hal kecil kayak bantu aku ngatur waktu biar nggak stres.
Dan entah kenapa, semakin lama aku tinggal di Jerman, aku merasa… tenang.
Nggak lagi dikejar hal-hal yang dulu aku pikir penting.

Aku inget dulu, waktu di Indonesia, aku nggak pernah nyangka bisa nikah sama orang Mesir.
Apalagi tinggal di Jerman.
Aku cuma pernah bermimpi pengen lanjut kuliah S2 di Belanda waktu masih kuliah dulu.
Tapi ternyata, Allah menulis kisahku dengan cara yang berbeda — dan jauh lebih indah dari yang pernah aku rencanakan.

Sekarang, setiap hari rasanya kayak bab baru dalam hidupku.
Pagi-pagi aku bangun, nyiapin sarapan buat suamiku, terus belajar bahasa Jerman, atau kadang masak makanan Indonesia.
Kadang aku kangen banget sama rumah, sama orang tuaku, tapi Allah ganti rasa rindu itu dengan kehangatan rumah tangga kecil kami.

Aku juga sering mikir, betapa beruntungnya aku.
Butuh waktu dua puluh lima tahun untuk akhirnya sampai di titik ini.
Dulu, aku lama banget jomblo — nggak pernah bawa laki-laki ke rumah, nggak pernah benar-benar jatuh cinta.
Tapi ketika akhirnya aku memperkenalkan seseorang ke keluargaku… ternyata dialah yang jadi suamiku.
Satu-satunya.
Dan dari sekian banyak jalan yang mungkin aku pilih, Allah arahkan aku ke jalan ini.

Sekarang, kalau aku lihat ke belakang, semua rasa penantian, doa, air mata, dan kesabaran itu ternyata nggak sia-sia.
Karena di ujungnya, ada seseorang yang selalu menggenggam tanganku, baik di hari tenang maupun di hari sulit.
Seseorang yang ngajarin aku arti sabar dan syukur, tanpa banyak kata.

Dan malam ini, sebelum aku tidur, aku cuma mau bilang dalam hati:
Alhamdulillah, ya Allah.
Terima kasih untuk segalanya —
untuk cinta yang tenang, untuk rumah kecil yang penuh doa,
dan untuk pasangan hidup yang Kau pilihkan,
yang menjadi pelengkapku, dan insya Allah,
menjadi teman perjalananku menuju surga. 🤍
---

Komentar

Postingan Populer