Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Alhamdulillah, hari ini aku kembali belajar dari kajian Ustadz Adi Hidayat yang temanya begitu menyentuh — tentang kematian, tapi dikupas dengan cara yang menenangkan.
Judul kajian ini: “Golongan Orang yang Dicabut Nyawanya dengan Lembut.”
Topiknya membahas bagaimana Allah SWT menyiapkan amalan-amalan agar seorang hamba bisa menjemput akhir hayatnya dalam keadaan husnul khotimah — tenang, lembut, dan penuh cahaya.
Kajian ini berpusat pada tafsir Surah An-Nāzi‘āt, yang menjelaskan dua golongan manusia di saat nyawanya dicabut.
---
🌸 I. Dua Jenis Malaikat Pencabut Nyawa
Dalam Surah An-Nāzi‘āt, Allah menggambarkan dua kelompok malaikat maut dengan dua cara kerja yang sangat berbeda.
1. Malaikat Nazi‘āt (mencabut dengan keras)
Ini adalah malaikat yang ditugaskan mencabut nyawa dengan keras dan dalam.
Ustadz menggambarkan seperti duri panjang yang ditarik dari daging, atau pohon yang dicabut sampai ke akarnya.
Hal ini terjadi pada orang yang tidak siap pulang, yang hatinya masih menolak perpisahan dengan dunia. Malaikat pun harus mencabutnya berulang-ulang dengan kekuatan penuh.
2. Malaikat Nasitāt (mencabut dengan lembut)
Sebaliknya, malaikat ini mencabut nyawa dengan gerakan lembut — seperti menarik sehelai rambut dari adonan yang halus.
Orang yang termasuk golongan ini biasanya meninggal dalam keadaan damai, bahkan tersenyum, atau lisannya masih sempat melafazkan Lā ilāha illallāh.
---
🌿 II. Dua Amalan Utama untuk Husnul Khotimah
Allah menjanjikan, ada hamba-hamba-Nya yang akan dijemput oleh malaikat paling lembut. Dua amalan besar menjadi kuncinya:
1. Menjaga Ibadah Ritual (Was-Sābiḥāti Sabḥā)
Makna Tasbih:
Tasbih bukan sekadar ucapan Subhanallah, tapi lambang dari seluruh ibadah ritual: shalat, puasa, dan semua bentuk penghambaan kepada Allah. Bahkan seluruh alam semesta — dari angin sampai makanan yang kita makan — bertasbih kepada-Nya.
Teladan Malaikat:
Malaikat yang tidak pernah berbuat salah pun terus bertasbih siang malam. Itu sindiran lembut untuk manusia yang penuh dosa agar jangan lupa beribadah.
Shalat sebagai kunci utama:
Shalat fardhu lima waktu adalah fondasi utama, disempurnakan dengan sunnah-sunnahnya. Orang yang ahli shalat dan selalu menjaga hubungannya dengan Allah akan dijemput dengan lembut, karena malaikat malu mencabut nyawa hamba yang dekat dengan Tuhannya.
Lisan yang terlatih zikir:
Kalimat Lā ilāha illallāh di akhir hayat tidak muncul tiba-tiba. Ia lahir dari kebiasaan zikir dan ibadah sejak dini.
2. Berlomba dalam Kebaikan (Fas-Sābiqāti Sabqā)
Tidak menunda-nunda amal:
Huruf “Fa” dalam ayat itu menunjukkan perintah untuk segera — bukan nanti, bukan menunggu waktu luang. Allah memerintahkan kita untuk cepat dalam berbuat baik (fastabiqul khairāt).
Menyiapkan amalan andalan:
Setiap orang punya kekuatan masing-masing. Ada yang istiqamah dengan tahajud, ada yang senang puasa sunnah, ada yang rajin sedekah atau tilawah. Semua bisa jadi “bekal andalan” untuk pulang.
Saat seseorang rutin dalam amal favoritnya, malaikat pun berlomba mencatat kebaikannya setiap kali ia melakukannya.
---
🌸 Hikmah yang Aku Dapat Hari Ini
Kajian ini mengingatkan bahwa kematian bukan sesuatu yang harus ditakuti, tapi momen yang seharusnya disiapkan dengan hati tenang.
Kematian itu pasti.
Yang perlu kita khawatirkan bukan kematiannya, tapi apakah kita siap dengan bekal amal untuk pulang.
Konsistensi ibadah adalah jaminan kelembutan.
Kalau hubungan kita dengan Allah terjaga lewat shalat, zikir, dan amal rutin, insyaAllah malaikat yang datang pun akan menjemput dengan kasih, bukan kerasnya cabutan.
Temukan amalan andalanmu.
Setiap orang punya jalan favorit menuju Allah — rawat itu, perkuat itu, jadikan ia teman setia sampai akhir.
Semoga kita semua menjadi bagian dari hamba-hamba yang dicabut nyawanya dengan lembut, dalam keadaan tersenyum dan dipanggil dengan kasih oleh Allah SWT.
Wallahu a‘lam bish-shawab 🤍
Komentar
Posting Komentar