Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh..
Hari ini, 9 Oktober, aku kembali dapat asupan ruhani yang luar biasa. Setelah kemarin belajar tentang tazkiah (penyucian jiwa), hari ini aku dengar kajian dari Ustadz Adi Hidayat yang benar-benar menyentuh hati — tentang peran sentral seorang ibu dalam membangun rumah tangga dan meraih kemuliaan di sisi Allah.
Judul ceramahnya aja udah bikin refleksi: “Para Ibu… Cintailah Keluarga! Terkhusus Anak-Anakmu.”
Kajian ini bener-bener kayak tamparan lembut buatku pribadi — tentang betapa mulianya posisi seorang ibu, dan bagaimana peran kecil di dalam rumah ternyata bisa jadi jalan besar menuju surga.
---
🌷 I. Peran Ibu di Rumah, Kunci Kemuliaan
Ustadz Adi bilang bahwa apresiasi tertinggi dari Allah bagi seorang perempuan bukan terletak pada karier atau pencapaian dunia, tapi pada sejauh mana dia bisa optimal menjalankan perannya di rumah.
Kalau belum menikah, maka peran terbaiknya adalah menjadi anak yang berbakti.
Kalau sudah menikah tapi belum punya anak, fokuslah menjadi istri yang taat dan mendukung suami.
Kalau sudah menjadi ibu, maka puncak kemuliaannya adalah mendidik dan membesarkan anak dengan penuh cinta dan kesungguhan.
Bahkan disebutkan bahwa seorang wanita yang melaksanakan shalat wajib, berpuasa Ramadhan, taat pada suami, menjaga kehormatan diri, dan menempatkan rumah tangga sebagai prioritas utama — akan dipanggil di akhirat:
> “Masuklah ke surga dari pintu mana saja yang kamu kehendaki.”
MasyaAllah… sederhana tapi luar biasa dalam.
Yang juga aku renungkan, kadang tanpa sadar kita suka terlalu sibuk dengan hal-hal di luar rumah; entah itu pekerjaan, kegiatan sosial, bahkan pengajian — sampai anak lebih banyak belajar dari orang lain. Padahal karakter anak seharusnya dibentuk oleh ibunya sendiri. Kalau tidak, nanti anak bisa tumbuh jauh dan merasa asing dengan ibunya.
---
🕊 II. Tiga Pilar Rumah Tangga Sayyidah Khadijah
Ustadz Adi mencontohkan sosok Sayyidah Khadijah dan rumah tangganya bersama Rasulullah SAW — rumah yang penuh ketenangan, saling dukung, dan hampir tanpa konflik besar.
Ada tiga pilar utama yang bisa kita teladani:
1. Prioritaskan Keluarga dan Anak
Khadijah selalu memastikan bahwa ketika Rasulullah pulang, rumah sudah tenang, anak-anak dalam kondisi baik, dan tidak ada hal yang membuat beliau cemas. Rumah benar-benar menjadi tempat istirahat dan ketenangan setelah lelah berdakwah.
2. Harta Keluarga Sebagai Visi Bersama
Meski Khadijah seorang pebisnis sukses, beliau tidak pernah memisahkan hartanya sendiri. Semua harta disatukan untuk tujuan mulia: perjuangan dakwah dan keluarga menuju surga. Setiap keputusan keuangan dibicarakan dengan Rasulullah — ada kesatuan visi, bukan sekadar “uangku dan uangmu”.
3. Komunikasi yang Menguatkan, Bukan Mengungkit
Saat Rasulullah pulang, dialog antara beliau dan Khadijah selalu lembut, saling menenangkan. Tidak ada keluhan yang melemahkan. Justru Khadijah selalu memberi kekuatan, bahkan saat Nabi menghadapi masa paling sulit sekalipun.
Dari sini aku belajar — ternyata komunikasi yang lembut dan saling menghargai bisa jadi pondasi besar dalam rumah tangga yang tenang.
---
💫 III. Kesimpulan: Jaga Tiga Hal Ini
Di akhir kajian, Ustadz Adi menyampaikan tiga hal penting sebagai kunci kebahagiaan rumah tangga:
1. Perkuat hubungan dengan Allah.
Semua masalah rumah tangga akan terasa lebih ringan kalau kita dekat dengan Allah lewat shalat dan doa.
2. Jadilah Ibu yang Paripurna.
Perhatikan anak, tumbuh kembang, dan kejiwaannya. Ibu adalah madrasah pertama bagi mereka.
3. Jaga komunikasi dengan pasangan.
Bicaralah untuk saling menguatkan, bukan saling menyalahkan. Rumah harus jadi tempat pulang yang penuh cinta, bukan ladang perdebatan.
---
🌿 Hikmah yang Aku Dapat
Kajian ini bikin aku banyak merenung. Bahwa pernikahan dan keluarga bukan sekadar tentang kebersamaan di dunia, tapi kemitraan menuju surga.
Surga itu dekat sekali.
Bagi seorang istri dan ibu, cukup dengan menjaga kewajiban fardhu, menaati suami, dan tulus membangun keluarga — Allah sudah buka jalan surga dari berbagai pintu.
Kualitas lebih penting daripada kuantitas.
Kita boleh aktif di luar, tapi jangan sampai anak kehilangan sentuhan kasih dari ibunya.
Rumah adalah basecamp dakwah.
Suami yang lelah seharusnya bisa recharge di rumah. Di situlah peran istri sebagai sumber ketenangan dan semangat.
Semoga Allah menjadikan kita para istri dan ibu sebagai madrasah terbaik bagi anak-anak kita, dan bagi para suami — semoga dimudahkan untuk selalu menghargai dan mendukung peran istri.
Aamiin 🤍
Wallahu a’lam bish-shawab.
Komentar
Posting Komentar