Langsung ke konten utama

Unggulan

Belajar Bahasa Jerman dengan Caraku Sendiri

Belajar Bahasa Jerman dengan Caraku Sendiri Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Kadang aku suka mikir, perjalanan belajarku bahasa Jerman ini tuh panjang banget dan penuh naik turun. Tapi setiap kali aku lihat ke belakang, aku cuma bisa bilang satu hal: Alhamdulillah, aku udah sejauh ini. Aku sampai di Jerman dengan bahasa yang dulu kupelajari sendiri buat ujian A1. Tapi waktu aku nyampe sini, semuanya kayak hilang. Aku lupa banyak hal yang dulu aku hafalin. Waktu itu rasanya kayak mulai dari nol lagi. Tapi aku gak menyerah. Aku mulai belajar otodidak, baca ulang semua catatan, nonton video, dengar podcast, buka kamus setiap hari. Aku gak ikut les atau kursus apa pun — semuanya aku pelajari sendiri, pelan-pelan, dengan sabar. Dan ternyata, usaha itu gak sia-sia. Sekarang aku mulai paham pola kalimat, ngerti struktur yang dulu bikin aku bingung banget. Aku udah bisa nyusun kalimat pendek-pendek dalam percakapan sehari-hari, dan kadang kalau dengar orang Jerman ngomong, aku mulai...

Setelah 42 Hari Off: Aku Kembali ke Instagram, Tapi dengan Hati yang Lebih Tenang

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Setelah 42 hari off dari semua media sosial, akhirnya aku memutuskan untuk kembali ke Instagram — tapi cuma itu aja.
Sekarang aku hanya pakai Instagram, YouTube, dan WhatsApp.
Bukan karena kangen scrolling atau pengen tampil lagi, tapi karena aku pengen tetap terhubung dengan teman-temanku di Indonesia, sambil tetap menjaga ketenangan hati yang sudah aku temukan selama offline.

Aku sadar, tinggal jauh dari Indonesia membuat aku butuh jembatan untuk tetap terkoneksi.
Kadang aku pengen tahu kabar teman-teman sekolahku, teman-teman lama yang dulu sering bareng, dan itu hanya bisa kulakukan lewat Instagram. Tapi bedanya sekarang, aku mengatur ulang semuanya.

Aku mulai menghapus banyak followers.
Dari yang dulu jumlahnya seribu, sekarang tinggal sekitar tujuh ratusan.
Aku sengaja bikin seimbang antara followers dan following, supaya aku tetap merasa dekat — bukan seperti orang yang punya banyak penonton tapi tidak benar-benar mengenal siapa yang melihat hidupku.
Bagiku, Instagram sekarang bukan tempat pamer atau berbagi semua hal, tapi sekadar ruang kecil untuk terhubung seperlunya.

Di WhatsApp pun aku tetap membatasi diri.
Aku jarang banget bikin story, dan kalau pun bikin, cuma hal-hal ringan seperti foto atau video keseharian.
Begitu juga di Instagram — aku nggak lagi posting hal-hal pribadi atau curhat lewat quotes panjang.
Aku nggak mau lagi menulis hal-hal yang bisa disalahartikan, atau membuat orang merasa tersindir padahal bukan maksudku.

Sekarang aku belajar untuk menyimpan hal-hal pribadi dalam hati.
Kalau aku sedih, aku cerita pada Allah.
Kalau aku bahagia, aku syukuri dalam diam.
Aku nggak mau lagi membuat hidupku jadi konsumsi publik.
Aku nggak mau lagi menjelaskan semuanya hanya karena orang lain penasaran.

Dulu aku pernah berpikir, semakin banyak yang aku bagikan, semakin orang akan mengerti aku.
Tapi ternyata, yang terjadi malah sebaliknya — semakin banyak yang tahu, semakin banyak pula penilaian yang datang.
Dan dari situ aku belajar: tidak semua hal harus diceritakan.

Untuk TikTok dan Threads, aku memutuskan tidak akan kembali.
Aku sudah hapus Threads, dan rasanya lega sekali.
Aku ingin menjaga pikiranku tetap bersih dari hal-hal yang bikin aku nggak tenang.
Aku ingin hidupku mengalir lebih sederhana, tanpa harus terus-terusan terhubung dengan dunia maya.

Bahkan untuk akun belajarku, Nisya Diari, yang isinya tentang perjalanan belajarku bahasa Jerman, aku juga ubah.
Sekarang akun itu dikunci, bukan publik lagi.
Aku hapus banyak followers sampai tinggal sekitar 200 orang, dan semuanya perempuan.
Aku ingin ruang belajar itu terasa aman, nyaman, dan bebas dari tatapan yang nggak perlu.

Aku tahu, mungkin di luar sana orang berpikir: kenapa sih ribet banget, tinggal dihapus aja kalau nggak suka?
Tapi bagiku, ini bukan soal “menghapus”, ini soal memilih kedamaian.
Soal ingin hidup dengan lebih sadar — memilih apa yang ingin aku lihat, apa yang ingin aku dengar, dan apa yang ingin aku bagi.

Sekarang aku merasa lebih damai.
Aku masih bisa terhubung dengan teman-teman di Indonesia, masih bisa update kegiatan lewat YouTube dan Instagram, tapi tanpa kehilangan fokus.
Aku ingin tetap tumbuh, tetap belajar, dan tetap menjaga hatiku dari hal-hal yang bisa membuatnya lelah.

Hidup itu bukan tentang seberapa banyak yang tahu tentang kita, tapi tentang seberapa tenang hati kita menjalani hari.

Komentar

Postingan Populer